Pembaca

Minggu, 19 Mei 2013

Manusia Menciptakan Tuhan

Spekulasi alam semesta. Dari mana alam semesta ini? Apakah manusia yang menciptakannya? Atau Tuhan sebagai kehendak mutlak menciptakan semua. Bisa juga alam semesta ini tanpa sebab dan beralasan akan hadirnya, dan begitu saja terjadi. Klaim agama sudah pasti Tuhan sebagai perencana dan membuat hukum alam. Satu sisi lagi penentangan dengan perinsip Tuhan pelaku utama penciptaan alam semesta membuat teori-teori yang lebih masuk akal. Ketimbang mempercayai kitab suci buatan manusia juga. Walau pernyataan kitab tersebut kebenarannya absolut dalam pandangan mereka.

Alam semesta dalam padangan filsafat Yunani Kuno adalah ada. Keadaannya ada dengan sebuah simbul angka 1. Hal tersebut membuat arti penting bahwa alam semesta itu ada. Karena simbul dari satu diartikan oleh Phitagoras adalah sumber dari segalanya. Tiada kata Tuhan dalam prinsipnya, mereka menganalisa alam semesta dari angka-angka. Karena semua ini dari angka-angka maka segala sesuatu dapat terukur. Segala wujud dapat terukur. Segala dimensi kehidupan dapat terukur. Alam semesta memiliki ukuran.

Berdasarkan pendapat Phitagoras semuanya mempunyai angka-angka tersendiri. Alam semesta berasal dari satu lalu menjadi angka dua dan seterusnya. Karena menyakini alam semesta ini dari dari angka 1 maka tidak ada angka 0 (kosong/nol). Menyebabkan angka 0 menjadi angka 1 adalah kemustahilan. Walau angka-angka tersebut merupakan bagian mendasar menjadikan alam semesta, namun tidak mungkin alam semesta dari angka 0. Arti penting dari angka 0 adalah tanpa sebab, tanpa materi, tidak ada, berarti alam semesta jika berasal dari 0 adalah tidak mungkin. Kejadian tanpa adanya sebab kejadian yang tidak masuk akal. Fungsi dari sibul tersebut mengartikan 0 merupakan non-materi, sedang 1 bersimbul materi.

Konsep angka berawal dari angka 1 adalah menunjukan materi yang sempurna. Itulah mengapa Phitagoras membayangkan tidak mungkin alam dari tanpa materi. Disebabkan materi itu ada dan sempurna, maka wajar sekali dapat menjadikan materi selanjutnya. Kepastian alam semesta ini berawal dari yang satu adalah absolut. Phitagoras spesifik alam semesta adalah dari angka. Kecenderungannya terhadap Matematika adalah konsep penting manusia dapat melihat kebenaran pula. Bahkan jiwa manusia berasal dari angka-angka. Hal tersebut berhubungan nantinya kepada kepribadian. Tidak heran seorang astrolog dapat membaca lebih jauh tentang seseorang yang tidak pernah dikenalnya. Hanya dari angka-angka.

Para filusuf Yunani membangun konsep filsafat tentang alam semesta. Masuk akal mereka tentang alam semesta ini bersumber dari meteri. Spekulasi pun dikembangkan sebagaimana Thales mengatakan alam semesta ini berasal dari air. Filusuf lainnya menganggap dari udara. Ada juga menganggap dari api. Mereka tidak mempercayai dewa-dewa kepercayaan orang Yunani Kuno pada umumnya. Mereka selalu berpikir, melepaskan kepercayaan dengan selalu bertanya, dan bertanya.  Keyakinan mereka adalah mempercayai rasionalitas mereka sendiri, ilmu pengetahuan. Karena kebenaran dapat diketahui dari pikiran, dari keilmuan. Sedang dewa-dewa di mata filusuf Yunani tidak ubahnya hanya mitos-mitos yang dikembangan oleh masyarakat, para politikus, para pemimpin ingin mengajak pada kebodohan. Mereka kaum lebih cerdas membangun sekolah, diskusi-diskusi belajar. Mereka terlepas dari masyarakat Yunani Kuno dengan selalu belajar dan mengajarkan. Walau pengaruh pemikiran para filosof terkenal, pada umumnya masyarakatnya masih yakin kepada dewa-dewa.

Esensi dari angka adalah simbul penting untuk menunjukan tentang sesuatu yang ada. Pemikiran tersebut ditularkan dalam al Quran,”katakan, bahwa Tuhan itu satu.” Pemikiran filusuf Yunani tidak membicarakan Tuhan dalam persepsi Yahudi, Kristen, dan Islam. Angka satu berbeda sekali dalam menerjemahkan. Angka satu simbul diartikan oleh Phitagoras adalah materi jiwa dan mengasilkan jiwa lainnya, bagi kalangan agama angka satu adalah Tuhan. Kebalikan tersebut menjadikan pemikiran tentang angka satu merupakan simbul dan memiliki arti materi atau keberawalan. Maka keberawalan tersebut Tuhan sebagai sebab dan mengakibatkan terjadinya alam semesta. Rumusan penting satu adalah Tuhan membawa doktrin dalam cara berpikir manusia. Pada pemikiran manusia yang sudah didoktrin akhirnya menjadikan agama dapat menenangkan jiwa. Sifat menenangkan doktrin agama bukan permanen namun temporel. Tidak salah memang untuk menenangkan secara temporel, pikiran yang masuk akal dapat dikembangkan untuk kebaikan. Lebih jauh lagi pengikut dari agama akan dapat menjadi sapi perah bahwa kebaikan dilandaskan hanya di dalam agamanya saja. Begitu juga kebenaran hanya dari kitab suci ini saja dan yang lain salah. Itulah korban dari doktrinasi agama yang masif mengambil pikiran logis manusia untuk logis dalam keyakinan.

Para nabi, rasul selalu mengembangkan prinsip tentang keyakinan ketuhanan. Kebanyakan dari mereka menjelaskan bahwa pemberi kabar tentang kebenaran. Dalam kisah-kisah mereka banyak mengandung kisah heroik, dari perlawanan kaum bawah, perbudakan, menghacurkan kaum kuat dan lebih berkuasa. Para pengikut kelas miskin, tidak didik oleh penguasa, lalu dikobarkan. Mereka lebih mengandalkan diri mereka sendiri dengan keyakinan kepada Tuhan pengubah hidup mereka. Bantuan terbesar adalah dari Tuhan adalah ketika dari keadaan-keadaan mendesak, dan setiap harinya malaikat membantu kabar. Rasul tersebut memberi penerangan tentang adanya Tuhan. Bahwa penciptaan manusia adalah untuk ibadah, surga jamin bila taat pada ajaran Tuhan. Orang bodoh pun menjadi pintar disebabkan doktrinasi rasul, nabi, tentang ketuhanan. Mereka asik belajar,  meski dalam pembodohan-pembodohan baru. Sejauh perkembangan manusia menyembah  atas dasar keberagamaan manusia semua terciptalah peradaban dengan banyak simbul agama-agama, dewa-dewa, tuhan-tuhan, gagasan-gagasan, aliran-aliran, kesesatan-kesesatan, peperangan-peperangan, kegilaan-kegilaan baru lainnya.  

Efek dari penciptaan Tuhan terhadap manusia masih bersifat spekulatif, selama ini Tuhan yang dimaksud itu seperti apa? Dalam literatur al Quran sendiri Tuhan itu satu, penjelasan yang lainnya tidak beranak dan diperanakan. Bisa dikatakan bisa saja yang dimaksud Tuhan satu itu adalah materi sama dengan maksud Phitagoras. Bisa saja ungkapan angka satu adalah dengan maksud menunjukkan sesuatu keberawalan. Orang berkeyakinan dari zaman ke zaman Tuhan adalah yang pertama adalah Tuhan. Secara wajar memang dapat masuk akal, namun secara alamiah tidak masuk akal. Lalu setelah Tuhan menciptakan apakah selesai? Atau setelah itu Tuhan menciptakan apa lagi? Apakah ada penjelasan dari agama? Bila benar Tuhan menciptakan alam semesta ini, kapan berakhirnya? Kiamat yang telah lama dijanjikan kapan hadirnya?  Apakah hanya tuhan yang tahu? Mengapa tidak tertulis dalam kitab suci? Doktrinasi yang belum sempurna, mohon direvisi kembali untuk dapat pikiran menjadi sehat. Sebab berdasarkan pembuktian ternyata banyak sebab-sebab kejadian selalu berdasarkan alamiah semata. Terlihat pada lumut yang nampak sebelum terlihat tidak ada lalu mengapa ada? Karena zat tersebut sudah ada, lalu terkena air dan matahari menyinari. Bila dihubungkan penciptaan Tuhan itu adalah meteri awal bisa saja. Namun apa guna adanya meteri itu untuk manusia? Sebab manusia dianggap perusak dan membuat pertumpahan darah. Apakah zat awal bertanggung jawab pada hasil terciptaan? Siapa penanggung jawabnya jika zat awal adalah sempurna?

Tuhan sebagai materi awal berkembang spekulasi dalam al Quran sendiri,”cahaya di atas cahaya.” Tuhan dalam konsep iluminasi adalah pancaran cayaha. Pemikiran tersebut membawa filusuf Islam lebih menganalisa Tuhan bersifat materi yaitu cahaya. Disimbulkan petunjuk pada jiwa manusia. Kaitannya antara manusia dan penciptaan manusia memang bersifat mitologi,”Aku tiup sebagian ruh Ku.” Kajian sufisme bahwa dalam diri manusia merupakan adanya Tuhan. Bermakna,”Dia lebih dekat dari urat leher mu sendiri.” Konsep kekuasan Tuhan termanifestasi pada manusia yang dianggap wakil Tuhan, namun sufisme seperti al Halaj lebih menunjukan bahwa manusia adalah Tuhan,”Ana al Haq.” Pandangan tersebut bisa saja bahwa manusia sudah sempurna secara spiritualitas. Manusia sanggup untuk mencipta apa saja karena didalam dirinya Tuhan. Sehingga ukuran Tuhan menciptakan apa saja adalah tidak valid lagi. Sebab telah tergantikan oleh manusia.

Materi adalah sumber dari alam semesta. Banyak berspekulasi mengenai materi tersebut sebenarnya apa? Apa benar materi ini adalah sempurna? Kalangan fisikawan merumuskan bahwa alam semesta ini adalah satu, lalu terpecah.  Terciptalah teori Big Bang, yaitu benturan maha dahsyat menyebab ada chaos, untuk terciptanya alam semesta.  Mengapa benturan itu dapat terjadi? Bila kebenaran teori itu apakah dihubungkan terus dari agama, maka manusia sendiri saja yang menciptakan teori itu sehingga Tuhan adalah karangan manusia yang paling monumental. Manusia melebih Tuhan untuk dapat menciptakan dalam bentuk apa saja. Teori apa yang paling tepat dalam penciptaan alam semesta, teori  manusia menciptakan Tuhan dari kotak hitam agama, dan manusia lainnya hanya ditanyakan dengan,”percaya atau tidak?” Semakin manusia percaya sesungguhnya semakin tumpul dalam pikirannya. Semakin tidak yakin akal sehat akan menjadi kuat. Manusia pun dapat menciptakan Tuhan.

Apakah Tuhan ikut serta di dalamnya? Tuhan menciptakan Tuhan lainnya. Tuhan adalah ciptaan dari pikiran manusia untuk mendapatkan kehilangan logis, kehilangan awal kejadian, kehilangan asal. Para filosof banyak menyakini Tuhan adalah mencipta, begitu juga para ilmuwan. Apakah ada pencipta Tuhan? Apakah Tuhan mempengaruhi hati, membolak-balikan hati? Mengapa Tuhan seperti operator seluler? Tuhan dari pikiran mempengaruhi rasa dihati dan perenungan manusia. Manusia terlahir dari pikiran terdoktrin untuk meyakini agama, meyakini  Tuhan. Aku berpikir manusia menciptakan Tuhan dan Tuhan menciptakan alam semesta, dalam tanda tanya masalah keilmuan yang belum terjawab. 

Aku meyakini dengan pikiran waras, sadar, pikiran aku selalu terkecoh, dan tanda tanya pada semua keyakinan. Pengetahuan terbatas pada kenyataan belum terjawab. Aku jadi tidak percaya pada teori-teori dari banyaknya teori. Aku tidak mau mengambil pengetahuan agama dengan doktrin.  Aku tidak percaya pada diri ku sendiri, apakah kesadaran ku dapat menangkap apa yang terjadi? Menangkap apa yang tersembunyi. Aku percaya bahwa aku tercipta oleh keinginan, harapan, cinta, kenikmatan semu,  dunia,  alam semesta. Aku menjadi  manusia, disebut terbaik dari yang hidup lainnya. Manusia mencipta manusia lainnya, menciptakan dunia pada dirinya, menciptakan Tuhan dalam pikirannya.  Aku ingin lepas, dan lepas kembali keyakinan-keyakinan semu.