Pembaca

Jumat, 24 Mei 2013

Pembuktian: Ada, Wujud, Being

Pembicaraan menarik tentang wujud, ada. Dalam bahasa Inggris disebut dengan being. Dalam filsafat disebut wujud,  atau ada adalah sesuatu konsepsi mengenai apa saja. Tidak hanya terlihat, namun dipikiran juga ada di dalamnya. Di sesuaikan dengan aliran filsafat tertentu. Karena membicarakan tentang Filsafat banyak aliran. Kajian Filsafat Ilmu pun dipilah lagi, untuk mendasari atau menjadi dasar. Pemikiran siapa akan dijadikan rujukan dalam menggali keilmuan tertentu. Harus disesuaikan keilmuan apa, dan aliran filsafat mana dapat menemukan pijakkan.
  
Filsafat membicarakan tentang being atau wujud, ada. Sederhananya tentang berpikir. Bila aku bertanya tentang pikiran, ada atau tidak? Banyak mengatakan pikiran, tidak ada atau lainnya mengatakan ada. Lalu aku bertanya tentang masa atau waktu. Apakah waktu, ada atau tidak? Jawaban selalu ada dua jawaban, ada, atau lainnya tidak ada. Pertanyaan selanjutnya apakah masa depan ada? Mereka menjawab,ada dan lainnya tidak ada. Apakah masa sekarang ada? Jawabannya, ada. 

Pertanyaan sederhana tersebut sudah masuk dalam ranah filsafat. Karena Filsafat selalu membicarakan sesuatu universal. Bertanya hal sederhana, dan jawaban dengan pembuktian, atau masuk akal. Maka filsafat merumuskan untuk ilmu untuk dapat dibuktikan. Apakah itu universal? Pembahasan secara luas tak terbatas. Bersifat umum, general, dan tidak spesifik. Pembuktian dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Para filsuf ingin membuktikan dengan rasional, walaupun banyak dikalangan filsuf menafikan. Karena banyak aliran filsafat. Mereka membahas tentang being, ada, wujud, bukti, hadir, konkrit. Banyak aliran filsafat. Anda jangan terkecoh. Seorang pemula selalu terkecoh, dan menganggap tidak masuk akal, namun setelah dipikirkan lagi ada benarnya.

Pada masa Socrates untuk pembuktian kebenaran menggunakan pertanyaan. Menurutnya,"kebenaran sudah ada di dalam diri manusia. Aku hanya bertanya untuk mengeluarkan kebenaran. Seperti seorang ibu melahirkan anak. Aku hanya membantu untuk mengeluarkan." Proses being atau pembuktian dengan bertanya-tanya. Pada waktu dahulu dia berjalan-jalan menemui siapa saja. Walau konsepsi pada masa Yunani Kuno adalah kebenaran relatif, ternyata dibantah oleh Socrates dengan pernyataan kebenaran adalah mutlak, dan salah adalah mutlak. Bertanya adalah proses being wujud kebenaran tercipta. Plato sebagai murid Socrates memperkenalkan metode gurunya adalah dialektika. Bagaiman proses kebenaran dengan cara bertanya berulang-ulang dan mengambil kesimpulan. Plato membuat cara lain untuk mendapatkan kebenaran. Metode Plato berdasarkan Matematika, pernah tertulis dalam academianya,"tidak boleh seorang masuki tempat ini selain mengetahui Matematika." Tolak ukurnya jelas untuk pembuktian atau being adalah berdasarkan Matematika. Lahirlah pemikirannya disebut dengan rasionalisme. Pemikiran rasional menghasilkan pemikiran Aristoteles dengan logika, yaitu rumusan universal kepada nominal.

Selanjutnya pertanyaan aku, mengenai pikiran,"apakah pikiran itu ada?" Ada yang menjawab,"ada." Lalu,"dimana pikiran adanya atau berada?" Biasanya mereka dalam pemikiran selanjutnya sudah berbeda pendapat. Ada menjawab, "di hati," "di otak." "di jiwa." Begitu juga kaum filsuf. Mereka menjawab dengan berbeda-beda. Being mempunyai arti sangat mendalam sekali dalam filsafat. Bukan sekedar being ada, wujud, bukti, namun konsep tentang "being" itu apa? Dalam Filsafat Ilmu ingin memudahkan ilmuwan untuk dapat menggunakan cara filsafat menemukan jawaban. Konsep tentang ilmu, tentang metode analisa ilmu, merumuskan dengan radikal. 

Being, ada, wujud, bukti, dalam Filsafat Ilmu mengkaji tentang keberadaan bentuk-bentuk metodis keilmuan. Penelitian tentang being, ada, wujud bermacam-macam dalam Filsafat untuk dapat dipilih sesuai kajian keilmuan.. Filsafat Ilmu membuat kajian lebih bebas, namun dikhususkan pada aliran filsafat tertentu agar menjawab persoalan. Filsafat pada dasarnya adalah tentang universal, radikal, spekulasi, rasional. Sedang Ilmu adalah khusus, berdasarkan empiris, pengetahuan, ilmiah. Karena filsafat memiliki metode dan ilmu juga mempunyai metode, lahirlah Filsafat Ilmu. Dengan maksud filsafat dapat membantu pekerjaan ilmuwan dalam menghadapi problem dalam riset, atau mencari gagasan. Filsafat akan memudahkan pemikiran seorang ilmuwan dalam kajian-kajian kritis. 

Dengan pertanyaan sederhana tentang waktu, "apakah ada masa lalu?" Pertanyaan singkat tersebut secara sadar keinginan para ilmuwan mempertanyakan,"Umur dunia sudah berapa lama? Umur alam semesta berapa lama? Apakah alam semesta tercipta? Ataukah alamiah begitu saja?" Tidak perlu dengan jawaban agama. Sebab ranah agama bukan di Filsafat Ilmu, namun di Filsafat Agama. Beda lagi ceritanya.

Para mahasiswa dalam perkuliahan mewajibkan dengan kuliah umum tentang Filsafat Ilmu. Namun tidak semua mereka mempelajari Filsafat Ilmu buku yang benar. Aku teringat membaca dengan keliru buku-buku yang diterbitkan. Di Indonesia para pembaca, atau mahasiswa diarahkan kepada karya tulis Jujun. Dia beri judul Filsafat Ilmu. Pasti para pembaca tidak dapatkan apa-apa. Filsafat Ilmu adalah mudah sekali. Filsafat Ilmu sebenarnya memudahkan cara berpikir tentang Ilmu. Karena ilmu harus terbukti, maka aliran filsafat mana, apa yang akan membantu tentang keilmuan tersebut. Filsafat secara umum banyak aliran. Di dalamnya penuh kajian-kajian menyangkut tentang keilmuan. Ilmu Fisika membicarakan bentuk, ruang, energi, kecepatan, waktu, cahaya, dan sebagainya membuat landasan menjadi ilmiah. Fisikawan mencoba dengan rumusan kebendaan menggunakan aliran filsafat Demokratos tentang atom, atau filsuf Protagoras tentang segalanya relatif. Lalu lahirlah rumusan Albert Einstein tentang relativitas energi, benda, kecepatan, ruang, waktu. 

Memang menyulitkan ilmuwan bila tidak mengetahui Filsafat Ilmu. Sebab cara-cara ilmiah adalah natural dibebaskan tanpa menggunakan teori. Lahirlah pertanyaan bagi kalangan ilmuwan dalam metode menemukan teori. Pertanyaannya,"teori menghasilkan penelitian, atau penelitian terdahulu menghasilkan teori?" Dalam  kajian akademis dipertanyakan. Jawabannya terserah peneliti. Banyak dosen melarang mahasiswa sebagai  ilmuwan baru. Mahasiswa selanjutnya turun kelapangan untuk mencari tahu, tanpa ada teori terlebih dahulu. Para dosen melarang seperti pekerjaan mahasiswa haram saja. Dosen tersebut bukan ilmuwan, mereka pengajar semata. Dalam Filsafat menghasilkan ilmu adalah bermacam-macam. Tidak ada pelarangan kecuali dosen ketakutan mahasiswanya banyak fakta diperoleh di lapangan. Bila mahasiswa belajar dari realita dapat menguatkan keilmuan dan bahkan melemahkan teori salah satu ilmuwan. Pasti akan ditentang oleh dosen. Demikian dosen tidak tahu lahirnya teori, para ilmuwan mendapatkan teori dari fakta-fakta.

Being adalah pencarian pembuktian, dan prosesnya bermacam-macam. Tentang ada dan tidak ada adalah proses penemuan teori. Tidak terhenti pada teori sebelumnya, siapa saja dapat membuat teori. Namun prosesnya disanggah pastinya. Membuat sanggahanpun dengan being, ada, wujud, fakta, konflik, konsep, teori, rasio, logis, matematis, untuk nguji.

Filsafat mengubah dunia pikiran tentang Ilmu. Jangan hawatir tentang ilmu tak dapat digapai. Dengan Filsafat Ilmu akan memudahkan keilmuan menjadi lebih sederhana. Coba dipikirkan tentang pertanyaan ini, "apakah papan tulis di ruangan ini adalah berwarna putih?" Apa jawaban sebenarnya? Jika ada menjawab,"ya, berwarna putih." Berarti being ada, wujud, sebuah papan dalam pemikiran Anda, pengalaman Anda, Ingatan Anda, bayangan Anda. Berarti sudah terkonsep putih. Maka being wujud, ada, adalah konsepsi-konsepsi.