Pembaca

Jumat, 24 Mei 2013

Pembuktian: Ada, Wujud, Being

Pembicaraan menarik tentang wujud, ada. Dalam bahasa Inggris disebut dengan being. Dalam filsafat disebut wujud,  atau ada adalah sesuatu konsepsi mengenai apa saja. Tidak hanya terlihat, namun dipikiran juga ada di dalamnya. Di sesuaikan dengan aliran filsafat tertentu. Karena membicarakan tentang Filsafat banyak aliran. Kajian Filsafat Ilmu pun dipilah lagi, untuk mendasari atau menjadi dasar. Pemikiran siapa akan dijadikan rujukan dalam menggali keilmuan tertentu. Harus disesuaikan keilmuan apa, dan aliran filsafat mana dapat menemukan pijakkan.
  
Filsafat membicarakan tentang being atau wujud, ada. Sederhananya tentang berpikir. Bila aku bertanya tentang pikiran, ada atau tidak? Banyak mengatakan pikiran, tidak ada atau lainnya mengatakan ada. Lalu aku bertanya tentang masa atau waktu. Apakah waktu, ada atau tidak? Jawaban selalu ada dua jawaban, ada, atau lainnya tidak ada. Pertanyaan selanjutnya apakah masa depan ada? Mereka menjawab,ada dan lainnya tidak ada. Apakah masa sekarang ada? Jawabannya, ada. 

Pertanyaan sederhana tersebut sudah masuk dalam ranah filsafat. Karena Filsafat selalu membicarakan sesuatu universal. Bertanya hal sederhana, dan jawaban dengan pembuktian, atau masuk akal. Maka filsafat merumuskan untuk ilmu untuk dapat dibuktikan. Apakah itu universal? Pembahasan secara luas tak terbatas. Bersifat umum, general, dan tidak spesifik. Pembuktian dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Para filsuf ingin membuktikan dengan rasional, walaupun banyak dikalangan filsuf menafikan. Karena banyak aliran filsafat. Mereka membahas tentang being, ada, wujud, bukti, hadir, konkrit. Banyak aliran filsafat. Anda jangan terkecoh. Seorang pemula selalu terkecoh, dan menganggap tidak masuk akal, namun setelah dipikirkan lagi ada benarnya.

Pada masa Socrates untuk pembuktian kebenaran menggunakan pertanyaan. Menurutnya,"kebenaran sudah ada di dalam diri manusia. Aku hanya bertanya untuk mengeluarkan kebenaran. Seperti seorang ibu melahirkan anak. Aku hanya membantu untuk mengeluarkan." Proses being atau pembuktian dengan bertanya-tanya. Pada waktu dahulu dia berjalan-jalan menemui siapa saja. Walau konsepsi pada masa Yunani Kuno adalah kebenaran relatif, ternyata dibantah oleh Socrates dengan pernyataan kebenaran adalah mutlak, dan salah adalah mutlak. Bertanya adalah proses being wujud kebenaran tercipta. Plato sebagai murid Socrates memperkenalkan metode gurunya adalah dialektika. Bagaiman proses kebenaran dengan cara bertanya berulang-ulang dan mengambil kesimpulan. Plato membuat cara lain untuk mendapatkan kebenaran. Metode Plato berdasarkan Matematika, pernah tertulis dalam academianya,"tidak boleh seorang masuki tempat ini selain mengetahui Matematika." Tolak ukurnya jelas untuk pembuktian atau being adalah berdasarkan Matematika. Lahirlah pemikirannya disebut dengan rasionalisme. Pemikiran rasional menghasilkan pemikiran Aristoteles dengan logika, yaitu rumusan universal kepada nominal.

Selanjutnya pertanyaan aku, mengenai pikiran,"apakah pikiran itu ada?" Ada yang menjawab,"ada." Lalu,"dimana pikiran adanya atau berada?" Biasanya mereka dalam pemikiran selanjutnya sudah berbeda pendapat. Ada menjawab, "di hati," "di otak." "di jiwa." Begitu juga kaum filsuf. Mereka menjawab dengan berbeda-beda. Being mempunyai arti sangat mendalam sekali dalam filsafat. Bukan sekedar being ada, wujud, bukti, namun konsep tentang "being" itu apa? Dalam Filsafat Ilmu ingin memudahkan ilmuwan untuk dapat menggunakan cara filsafat menemukan jawaban. Konsep tentang ilmu, tentang metode analisa ilmu, merumuskan dengan radikal. 

Being, ada, wujud, bukti, dalam Filsafat Ilmu mengkaji tentang keberadaan bentuk-bentuk metodis keilmuan. Penelitian tentang being, ada, wujud bermacam-macam dalam Filsafat untuk dapat dipilih sesuai kajian keilmuan.. Filsafat Ilmu membuat kajian lebih bebas, namun dikhususkan pada aliran filsafat tertentu agar menjawab persoalan. Filsafat pada dasarnya adalah tentang universal, radikal, spekulasi, rasional. Sedang Ilmu adalah khusus, berdasarkan empiris, pengetahuan, ilmiah. Karena filsafat memiliki metode dan ilmu juga mempunyai metode, lahirlah Filsafat Ilmu. Dengan maksud filsafat dapat membantu pekerjaan ilmuwan dalam menghadapi problem dalam riset, atau mencari gagasan. Filsafat akan memudahkan pemikiran seorang ilmuwan dalam kajian-kajian kritis. 

Dengan pertanyaan sederhana tentang waktu, "apakah ada masa lalu?" Pertanyaan singkat tersebut secara sadar keinginan para ilmuwan mempertanyakan,"Umur dunia sudah berapa lama? Umur alam semesta berapa lama? Apakah alam semesta tercipta? Ataukah alamiah begitu saja?" Tidak perlu dengan jawaban agama. Sebab ranah agama bukan di Filsafat Ilmu, namun di Filsafat Agama. Beda lagi ceritanya.

Para mahasiswa dalam perkuliahan mewajibkan dengan kuliah umum tentang Filsafat Ilmu. Namun tidak semua mereka mempelajari Filsafat Ilmu buku yang benar. Aku teringat membaca dengan keliru buku-buku yang diterbitkan. Di Indonesia para pembaca, atau mahasiswa diarahkan kepada karya tulis Jujun. Dia beri judul Filsafat Ilmu. Pasti para pembaca tidak dapatkan apa-apa. Filsafat Ilmu adalah mudah sekali. Filsafat Ilmu sebenarnya memudahkan cara berpikir tentang Ilmu. Karena ilmu harus terbukti, maka aliran filsafat mana, apa yang akan membantu tentang keilmuan tersebut. Filsafat secara umum banyak aliran. Di dalamnya penuh kajian-kajian menyangkut tentang keilmuan. Ilmu Fisika membicarakan bentuk, ruang, energi, kecepatan, waktu, cahaya, dan sebagainya membuat landasan menjadi ilmiah. Fisikawan mencoba dengan rumusan kebendaan menggunakan aliran filsafat Demokratos tentang atom, atau filsuf Protagoras tentang segalanya relatif. Lalu lahirlah rumusan Albert Einstein tentang relativitas energi, benda, kecepatan, ruang, waktu. 

Memang menyulitkan ilmuwan bila tidak mengetahui Filsafat Ilmu. Sebab cara-cara ilmiah adalah natural dibebaskan tanpa menggunakan teori. Lahirlah pertanyaan bagi kalangan ilmuwan dalam metode menemukan teori. Pertanyaannya,"teori menghasilkan penelitian, atau penelitian terdahulu menghasilkan teori?" Dalam  kajian akademis dipertanyakan. Jawabannya terserah peneliti. Banyak dosen melarang mahasiswa sebagai  ilmuwan baru. Mahasiswa selanjutnya turun kelapangan untuk mencari tahu, tanpa ada teori terlebih dahulu. Para dosen melarang seperti pekerjaan mahasiswa haram saja. Dosen tersebut bukan ilmuwan, mereka pengajar semata. Dalam Filsafat menghasilkan ilmu adalah bermacam-macam. Tidak ada pelarangan kecuali dosen ketakutan mahasiswanya banyak fakta diperoleh di lapangan. Bila mahasiswa belajar dari realita dapat menguatkan keilmuan dan bahkan melemahkan teori salah satu ilmuwan. Pasti akan ditentang oleh dosen. Demikian dosen tidak tahu lahirnya teori, para ilmuwan mendapatkan teori dari fakta-fakta.

Being adalah pencarian pembuktian, dan prosesnya bermacam-macam. Tentang ada dan tidak ada adalah proses penemuan teori. Tidak terhenti pada teori sebelumnya, siapa saja dapat membuat teori. Namun prosesnya disanggah pastinya. Membuat sanggahanpun dengan being, ada, wujud, fakta, konflik, konsep, teori, rasio, logis, matematis, untuk nguji.

Filsafat mengubah dunia pikiran tentang Ilmu. Jangan hawatir tentang ilmu tak dapat digapai. Dengan Filsafat Ilmu akan memudahkan keilmuan menjadi lebih sederhana. Coba dipikirkan tentang pertanyaan ini, "apakah papan tulis di ruangan ini adalah berwarna putih?" Apa jawaban sebenarnya? Jika ada menjawab,"ya, berwarna putih." Berarti being ada, wujud, sebuah papan dalam pemikiran Anda, pengalaman Anda, Ingatan Anda, bayangan Anda. Berarti sudah terkonsep putih. Maka being wujud, ada, adalah konsepsi-konsepsi. 

Minggu, 19 Mei 2013

Manusia Menciptakan Tuhan

Spekulasi alam semesta. Dari mana alam semesta ini? Apakah manusia yang menciptakannya? Atau Tuhan sebagai kehendak mutlak menciptakan semua. Bisa juga alam semesta ini tanpa sebab dan beralasan akan hadirnya, dan begitu saja terjadi. Klaim agama sudah pasti Tuhan sebagai perencana dan membuat hukum alam. Satu sisi lagi penentangan dengan perinsip Tuhan pelaku utama penciptaan alam semesta membuat teori-teori yang lebih masuk akal. Ketimbang mempercayai kitab suci buatan manusia juga. Walau pernyataan kitab tersebut kebenarannya absolut dalam pandangan mereka.

Alam semesta dalam padangan filsafat Yunani Kuno adalah ada. Keadaannya ada dengan sebuah simbul angka 1. Hal tersebut membuat arti penting bahwa alam semesta itu ada. Karena simbul dari satu diartikan oleh Phitagoras adalah sumber dari segalanya. Tiada kata Tuhan dalam prinsipnya, mereka menganalisa alam semesta dari angka-angka. Karena semua ini dari angka-angka maka segala sesuatu dapat terukur. Segala wujud dapat terukur. Segala dimensi kehidupan dapat terukur. Alam semesta memiliki ukuran.

Berdasarkan pendapat Phitagoras semuanya mempunyai angka-angka tersendiri. Alam semesta berasal dari satu lalu menjadi angka dua dan seterusnya. Karena menyakini alam semesta ini dari dari angka 1 maka tidak ada angka 0 (kosong/nol). Menyebabkan angka 0 menjadi angka 1 adalah kemustahilan. Walau angka-angka tersebut merupakan bagian mendasar menjadikan alam semesta, namun tidak mungkin alam semesta dari angka 0. Arti penting dari angka 0 adalah tanpa sebab, tanpa materi, tidak ada, berarti alam semesta jika berasal dari 0 adalah tidak mungkin. Kejadian tanpa adanya sebab kejadian yang tidak masuk akal. Fungsi dari sibul tersebut mengartikan 0 merupakan non-materi, sedang 1 bersimbul materi.

Konsep angka berawal dari angka 1 adalah menunjukan materi yang sempurna. Itulah mengapa Phitagoras membayangkan tidak mungkin alam dari tanpa materi. Disebabkan materi itu ada dan sempurna, maka wajar sekali dapat menjadikan materi selanjutnya. Kepastian alam semesta ini berawal dari yang satu adalah absolut. Phitagoras spesifik alam semesta adalah dari angka. Kecenderungannya terhadap Matematika adalah konsep penting manusia dapat melihat kebenaran pula. Bahkan jiwa manusia berasal dari angka-angka. Hal tersebut berhubungan nantinya kepada kepribadian. Tidak heran seorang astrolog dapat membaca lebih jauh tentang seseorang yang tidak pernah dikenalnya. Hanya dari angka-angka.

Para filusuf Yunani membangun konsep filsafat tentang alam semesta. Masuk akal mereka tentang alam semesta ini bersumber dari meteri. Spekulasi pun dikembangkan sebagaimana Thales mengatakan alam semesta ini berasal dari air. Filusuf lainnya menganggap dari udara. Ada juga menganggap dari api. Mereka tidak mempercayai dewa-dewa kepercayaan orang Yunani Kuno pada umumnya. Mereka selalu berpikir, melepaskan kepercayaan dengan selalu bertanya, dan bertanya.  Keyakinan mereka adalah mempercayai rasionalitas mereka sendiri, ilmu pengetahuan. Karena kebenaran dapat diketahui dari pikiran, dari keilmuan. Sedang dewa-dewa di mata filusuf Yunani tidak ubahnya hanya mitos-mitos yang dikembangan oleh masyarakat, para politikus, para pemimpin ingin mengajak pada kebodohan. Mereka kaum lebih cerdas membangun sekolah, diskusi-diskusi belajar. Mereka terlepas dari masyarakat Yunani Kuno dengan selalu belajar dan mengajarkan. Walau pengaruh pemikiran para filosof terkenal, pada umumnya masyarakatnya masih yakin kepada dewa-dewa.

Esensi dari angka adalah simbul penting untuk menunjukan tentang sesuatu yang ada. Pemikiran tersebut ditularkan dalam al Quran,”katakan, bahwa Tuhan itu satu.” Pemikiran filusuf Yunani tidak membicarakan Tuhan dalam persepsi Yahudi, Kristen, dan Islam. Angka satu berbeda sekali dalam menerjemahkan. Angka satu simbul diartikan oleh Phitagoras adalah materi jiwa dan mengasilkan jiwa lainnya, bagi kalangan agama angka satu adalah Tuhan. Kebalikan tersebut menjadikan pemikiran tentang angka satu merupakan simbul dan memiliki arti materi atau keberawalan. Maka keberawalan tersebut Tuhan sebagai sebab dan mengakibatkan terjadinya alam semesta. Rumusan penting satu adalah Tuhan membawa doktrin dalam cara berpikir manusia. Pada pemikiran manusia yang sudah didoktrin akhirnya menjadikan agama dapat menenangkan jiwa. Sifat menenangkan doktrin agama bukan permanen namun temporel. Tidak salah memang untuk menenangkan secara temporel, pikiran yang masuk akal dapat dikembangkan untuk kebaikan. Lebih jauh lagi pengikut dari agama akan dapat menjadi sapi perah bahwa kebaikan dilandaskan hanya di dalam agamanya saja. Begitu juga kebenaran hanya dari kitab suci ini saja dan yang lain salah. Itulah korban dari doktrinasi agama yang masif mengambil pikiran logis manusia untuk logis dalam keyakinan.

Para nabi, rasul selalu mengembangkan prinsip tentang keyakinan ketuhanan. Kebanyakan dari mereka menjelaskan bahwa pemberi kabar tentang kebenaran. Dalam kisah-kisah mereka banyak mengandung kisah heroik, dari perlawanan kaum bawah, perbudakan, menghacurkan kaum kuat dan lebih berkuasa. Para pengikut kelas miskin, tidak didik oleh penguasa, lalu dikobarkan. Mereka lebih mengandalkan diri mereka sendiri dengan keyakinan kepada Tuhan pengubah hidup mereka. Bantuan terbesar adalah dari Tuhan adalah ketika dari keadaan-keadaan mendesak, dan setiap harinya malaikat membantu kabar. Rasul tersebut memberi penerangan tentang adanya Tuhan. Bahwa penciptaan manusia adalah untuk ibadah, surga jamin bila taat pada ajaran Tuhan. Orang bodoh pun menjadi pintar disebabkan doktrinasi rasul, nabi, tentang ketuhanan. Mereka asik belajar,  meski dalam pembodohan-pembodohan baru. Sejauh perkembangan manusia menyembah  atas dasar keberagamaan manusia semua terciptalah peradaban dengan banyak simbul agama-agama, dewa-dewa, tuhan-tuhan, gagasan-gagasan, aliran-aliran, kesesatan-kesesatan, peperangan-peperangan, kegilaan-kegilaan baru lainnya.  

Efek dari penciptaan Tuhan terhadap manusia masih bersifat spekulatif, selama ini Tuhan yang dimaksud itu seperti apa? Dalam literatur al Quran sendiri Tuhan itu satu, penjelasan yang lainnya tidak beranak dan diperanakan. Bisa dikatakan bisa saja yang dimaksud Tuhan satu itu adalah materi sama dengan maksud Phitagoras. Bisa saja ungkapan angka satu adalah dengan maksud menunjukkan sesuatu keberawalan. Orang berkeyakinan dari zaman ke zaman Tuhan adalah yang pertama adalah Tuhan. Secara wajar memang dapat masuk akal, namun secara alamiah tidak masuk akal. Lalu setelah Tuhan menciptakan apakah selesai? Atau setelah itu Tuhan menciptakan apa lagi? Apakah ada penjelasan dari agama? Bila benar Tuhan menciptakan alam semesta ini, kapan berakhirnya? Kiamat yang telah lama dijanjikan kapan hadirnya?  Apakah hanya tuhan yang tahu? Mengapa tidak tertulis dalam kitab suci? Doktrinasi yang belum sempurna, mohon direvisi kembali untuk dapat pikiran menjadi sehat. Sebab berdasarkan pembuktian ternyata banyak sebab-sebab kejadian selalu berdasarkan alamiah semata. Terlihat pada lumut yang nampak sebelum terlihat tidak ada lalu mengapa ada? Karena zat tersebut sudah ada, lalu terkena air dan matahari menyinari. Bila dihubungkan penciptaan Tuhan itu adalah meteri awal bisa saja. Namun apa guna adanya meteri itu untuk manusia? Sebab manusia dianggap perusak dan membuat pertumpahan darah. Apakah zat awal bertanggung jawab pada hasil terciptaan? Siapa penanggung jawabnya jika zat awal adalah sempurna?

Tuhan sebagai materi awal berkembang spekulasi dalam al Quran sendiri,”cahaya di atas cahaya.” Tuhan dalam konsep iluminasi adalah pancaran cayaha. Pemikiran tersebut membawa filusuf Islam lebih menganalisa Tuhan bersifat materi yaitu cahaya. Disimbulkan petunjuk pada jiwa manusia. Kaitannya antara manusia dan penciptaan manusia memang bersifat mitologi,”Aku tiup sebagian ruh Ku.” Kajian sufisme bahwa dalam diri manusia merupakan adanya Tuhan. Bermakna,”Dia lebih dekat dari urat leher mu sendiri.” Konsep kekuasan Tuhan termanifestasi pada manusia yang dianggap wakil Tuhan, namun sufisme seperti al Halaj lebih menunjukan bahwa manusia adalah Tuhan,”Ana al Haq.” Pandangan tersebut bisa saja bahwa manusia sudah sempurna secara spiritualitas. Manusia sanggup untuk mencipta apa saja karena didalam dirinya Tuhan. Sehingga ukuran Tuhan menciptakan apa saja adalah tidak valid lagi. Sebab telah tergantikan oleh manusia.

Materi adalah sumber dari alam semesta. Banyak berspekulasi mengenai materi tersebut sebenarnya apa? Apa benar materi ini adalah sempurna? Kalangan fisikawan merumuskan bahwa alam semesta ini adalah satu, lalu terpecah.  Terciptalah teori Big Bang, yaitu benturan maha dahsyat menyebab ada chaos, untuk terciptanya alam semesta.  Mengapa benturan itu dapat terjadi? Bila kebenaran teori itu apakah dihubungkan terus dari agama, maka manusia sendiri saja yang menciptakan teori itu sehingga Tuhan adalah karangan manusia yang paling monumental. Manusia melebih Tuhan untuk dapat menciptakan dalam bentuk apa saja. Teori apa yang paling tepat dalam penciptaan alam semesta, teori  manusia menciptakan Tuhan dari kotak hitam agama, dan manusia lainnya hanya ditanyakan dengan,”percaya atau tidak?” Semakin manusia percaya sesungguhnya semakin tumpul dalam pikirannya. Semakin tidak yakin akal sehat akan menjadi kuat. Manusia pun dapat menciptakan Tuhan.

Apakah Tuhan ikut serta di dalamnya? Tuhan menciptakan Tuhan lainnya. Tuhan adalah ciptaan dari pikiran manusia untuk mendapatkan kehilangan logis, kehilangan awal kejadian, kehilangan asal. Para filosof banyak menyakini Tuhan adalah mencipta, begitu juga para ilmuwan. Apakah ada pencipta Tuhan? Apakah Tuhan mempengaruhi hati, membolak-balikan hati? Mengapa Tuhan seperti operator seluler? Tuhan dari pikiran mempengaruhi rasa dihati dan perenungan manusia. Manusia terlahir dari pikiran terdoktrin untuk meyakini agama, meyakini  Tuhan. Aku berpikir manusia menciptakan Tuhan dan Tuhan menciptakan alam semesta, dalam tanda tanya masalah keilmuan yang belum terjawab. 

Aku meyakini dengan pikiran waras, sadar, pikiran aku selalu terkecoh, dan tanda tanya pada semua keyakinan. Pengetahuan terbatas pada kenyataan belum terjawab. Aku jadi tidak percaya pada teori-teori dari banyaknya teori. Aku tidak mau mengambil pengetahuan agama dengan doktrin.  Aku tidak percaya pada diri ku sendiri, apakah kesadaran ku dapat menangkap apa yang terjadi? Menangkap apa yang tersembunyi. Aku percaya bahwa aku tercipta oleh keinginan, harapan, cinta, kenikmatan semu,  dunia,  alam semesta. Aku menjadi  manusia, disebut terbaik dari yang hidup lainnya. Manusia mencipta manusia lainnya, menciptakan dunia pada dirinya, menciptakan Tuhan dalam pikirannya.  Aku ingin lepas, dan lepas kembali keyakinan-keyakinan semu.

Sabtu, 18 Mei 2013

Dunia Ilmu Pengetahuan

Dunia ilmu berkembang terus, sedang doktrin selalu sama. Ilmu  berkembang dan tak akan pernah tahu kapan terhenti. Manusia akan terus mencipta, walau yang lainnya mati karena sexual dan pekerjaannya. Manusia menemui ketenangan dengan ilmu berdasarkan filosofi. Karena mereka mengetahui dasar dari ilmu, dan pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi, sedang teori menyusun dengan sistematis, dan filosofi menguji, menguatkan, melandasi sistem di dalam teori berdiri. Dalam bahasa Ingris ilmu di sebut science, dan pengetahuan adalah knowledge, keduanya sangat berlainan. Ilmu atau science, adalah kosepsi pengetahuan khusus. Pengetahuan atau knowledge, adalah informasi yang belum tersusun, belum tersistematis, masih wacana, gagasan. Fundamental penting mengetahui pengertian-pengertian bahasa tersebut untuk dapat benar. 

Apa dapat mengubah ilmu? Apa yang dapat mengubah dunia? Siapa yang mengubah? Aku terpenjara dalam ruang, lingkaran, orang-orang, bayang-bayang. Mengapa aku ada didalamnya? Aku tidak tahu. Aku ingin mencari tahu apakah ilmu dapat menjadi ilmu? Apakah ilmu dapat mengubah dunia? Siapa pengubah dunia?  Apakah dari pikiran? Pikiran berasal proses, berdialektika pada diri, pengetahuan berkecamuk dengan teori-teori. Betapa manusia tak mengetahui dasar dari pengetahuan adalah cara berpikir. Menciptalah untuk pikiran ku. Pengaruhilah pikiran ku, dan aku akan berdialektika pada pikiran itu. Hancurkanlah pikiran ku, sehancur-hancurnya, sampai keyakinan ku menghilang, memudar kertas tinta tertulis bertemu air. Aku akan membangun pikiran lebih hebat. Aku akan menuliskan karya yang lebih besar. Tak perduli hati ku sakit. Aku cinta ilmu, seperti aku mencintai diri ku sendiri.

Ilmu adalah susunan pengetahuan lalu menjadi teori. Berarti teori menyusun pengetahuan menjadi ilmu. Proses untuk menjadi ilmu sangat panjang berdasarkan dari pemikiran yang teruji, kegagalan, kesedihan, memalukan, memakan umur, memakan uang. Semua berdasarkan filosofi menguatkan untuk dapat berkarya menjawab pertanyaan yang asing, pertanyaan menggelitik pengetahuan, teori-teori ditanyakan dan dilawan, dibanding-bandingkan dengan teori lainnya. Pertanyaan semuanya ingin masuk ke akal, ke hati ingin diyakini, ke pikiran untuk mengubah dunia. Apakah ada yang diubah? Ataukah cuma bayangan saja sehingga terbilang masuk akal? Lalu dunia mana yang berubah? Apakah dunia pengetahuan? Apakah dunia idealis? Apakah dunia secara keseluruhan? Jadi teori apa itu? Dan ilmu apa? Manusia tidak menghabiskan untuk menemukan satu teori ajaib, menjadi setiap detail teori, dan sempurna. Karena sifat teori adalah khusus, berdasarkan penelitian, ilmu yang dikembangkan.

Aku tahu banyak manusia pintar menciptakan teori, menciptakan dunia baru dengan hidupnya. Menciptakan dunia dengan komunitas. Lahirlah aliran pemikiran, aliran keilmuan, aliran teori, mereka mempunyai filosofi tersendiri. Membawa diri, kelompok, masyarakat, mengubah budaya, mengubah kebodohan-kebodohan menjadi kecerdasan tersendiri. Menambah bobot otak madern lebih besar dari pada manusia purba. Membawa moralitas yang berbeda, membawa relativitas kebenaran, membawa keyakinan baru, menjadi agama, menjadi aliran dalam agama, menjadi manusia-manusia baru. Terciptalah perlawanan atas budaya lama, terciptalah bentuk ideologi doktrinitas dengan sistematis mematikan akal sehat, mematikan pengetahuan lainnya. Pengetahuan lama dilumpuhkan oleh cuci otak. Manusia hanya mengenal ideologi, kebenarannya berdasar doktrinitas negara, agama, budaya. Ilmu menjadi terasing di dalam kampus, di dalam masyarakat, hanya ada di dalam otak pintar. Lebihnya budaya, agama, negara, melumpuhkan sendi perkembangan keilmuan dihadapan masyarakat banyak. 

Aku bertanya kepada para mahasiswa dan mahasiswi, "selesai wisuda apa yang mereka lakukan?" Jawaban mereka ada dua, pertama,"mencari pekerjaan." dan jawaban kedua,"mau menikah." Apa yang diciptakan dalam kampus? Manusia pekerja, dan manusia sexual. Rupanya tiada pilihan dari sekian banyak. Mereka tidak ada keinginan menciptakan karya keilmuan. Aku juga melihat mereka menghabiskan waktu kuliah dengan berpacaran. Apa gunanya ilmu, dan bersenda gurau. Aku adalah proses dialektik dengan sekitar, atau kegagalan ku tidak sama dengan mereka. Aku di didik dari kecil hingga umur puluhan tahun namun mengapa tidak satu dapat mempengaruhi dalam hidup masyarakat. Aku tersadarkan mereka sudah pada doktrin budaya, agama, negara. Pengetahuan hanya diri ku saja. Aku belajar dan menghasilkan teori pun mereka tidak mengerti, karena otak mereka hanya pekerjaan dan sexual. Tulisan ku dianggap tidak jelas, dibaca pun sudah bagus. Sebatas membaca, dan butuh pengertian lama, apa lagi kesadaran hal itu masih jauh di jurang. Dimungkinkan keturunan ketiga mereka baru dapat menangkap teori yang mereka mendengarnya bagus atau aneh.

Aku teringat kakek ku bangga sekali membeli buku Soekarno,"Di Bawah Bendera Revolusi." Mendengar dari nenek ku yang ketus menyebutkan,"Kakek kamu suka membeli buku itu. Dia ceritakan kepada teman-temannya. Namun dia sendiri tidak pernah membacanya." Nenek ku pun senang melihat masa kecil ku membuka buku tua itu. Sungguh tidak ada yang menyentuh dari anak-anaknya dan cucunya selain aku sendiri. Daya tarik apa yang telah membuka buku dan membacanya. Apa yang mereka beli, belum tentu dibacanya. Teori, buku Soekarno tentang teori pemikiran tiga ideologi besar di dunia ingin di satukan yang dikenal Nasakom. Rakyat mana yang tahu tentang pemikirannya. Berapa banyak rakyat yang sudah membuka bukunya? Pada masanya, semua pemikirannya sedikit dimengerti. Teorinya berbenturan dengan agama, budaya, negara. Mereka menentang teori baru Soekarno. 

Teori melahirkan ilmu, sifatnya selalu berubah karena kritisnya manusia memiliki penemuan-penemuan baru. Ilmu bersifat nilai ideal, nilai terbaik, nilai khusus, tidak universal. Filosofi mendasari untuk tetap kuat berdiri, berjalan, berkata, berada, dan nilainya universal. Dengan berdasarkan filosofi pastinya pemikiran dapat dirumuskan, membentuk pemikiran dengan pertanyaan jauh, mungkin muncul pertanyaan aneh hal itu dapat dimaklumi dan hal itu tak masalah. Permasalahnya adalah apakah teori itu sudah benar, sistematis, dengan rumusan tak tergoyahkan. Itulah fungsi filosofi, untuk mendasari ilmu dan teori. Sebab, semua teori memiliki kelemahan, yaitu tidak universal, karena teori harus khusus, bersifat kondisional. Filosofi menjaga untuk mengnangkis pertanyaan orang-orang dengan keilmuan ingin memecah teori. 

Ciptakanlah teori. Bacalah teori mereka dalam keilmuan-keilmuan. Dunia renainsance dapat terjadi di pikiran manusia Indonesia. Negara akan adil karena kepintaran manusia didalamnya bertambah. Cintai pengetahuan, maka kepintaran akan tumbuh dan menjadi lebih besar. Cintai filosofi maka kesalahan akan diakui dan menjadi terus belajar kembali. Tidak ada cara selain belajar terus menerus, namun harus diingat banyak belajar akan cepat lupa. Manusia harus juga bersantai, tenang, sabar, tinggalkan pekerjaan, dan ganti suasana baru. Siapa pun masih ingat bagaimana teori-teori dilahirkan. Bagaiman Newton dengan perenungan, dibawah pohon Apel. Dimalam muncul bulan, ternyata Apel jatuh ke kepalanya. Pertanyaan muncul,"mengapa Apel jatuh dan Bulan tidak jatuh?" Lahirnya teori gravitasi. Semua bisa menjadi ilmuwan, namun mereka sibuk dalam pekerjaan tidak ada hubungan dengan keilmuannya dan sexual rumah tangga semata. 


Jumat, 17 Mei 2013

Filosofi Angka dan Jiwa


Mengenai dasar angka dan jiwa sangat menarik dikaji dan dikembangkan. Banyak filosof yang sudah membicarakan, namun secara dasar menjadi pembicaraan bahwa dari angka adalah bermakna sedikit diantara mereka. Pemikiran angka berasal dari dasar pemikiran yang sangat dalam. Angka adalah simbul untuk menunjukan sesuatu. Pada masa dahulu angka telah berkembang sebagai petunjuk dari subtansi diri, yaitu jiwa. Berdasarkan simbul bermakna mendalam sekali. Bila dipikirkan secara mendalam mengapa angka 1 dapat menjadi angka 2, lalu 3, 4,6,7,8,9,10, bilangan angka tak terbatas. Proses 1 menjadi 2 tak masuk akal, bagaimana prosesnya? Bagaimana berhubungan dengan jiwa? Apakah benar jiwa adalah angka?

Angka berhubungan dengan jiwa. Berawal dari angka 1 atau 0. Gambaran 1 dan 0 mempunyai filosofi yang bermakna. Angka 1 diartikan dengan ada. Sedang arti dari kosong diartikan tiada. Angka banyak dihubungankan dengan apa pun di alam semesta. Angka 1 menurut Phitagoras adalah sumber dari alam semesta berasal. Karena angka 1 adalah simbul exnihilo, semua berawal dari yang 1.  Konsep angka 0 dari ketiadaan merupakan simbul nihilo. Tak mungkin ada berasal dari tiada. Semua bermateri, berasal dari ada. Begitu juga alam semesta, tidak mungkin dapat ada dari sesuatu yang tidak ada.

Konsep angka 1 menjadikan alasan bahwa alam semesta berasal dari ada eksnihilo. Namun angka 0 berpandangan bahwa alam semesta berasal dari tiada atau nihilo. Konsep angka eksnihilo dapat diterjemahkan oleh jiwa. Secara garis besar jiwa adalah membuat tubuh ini bergerak, tak terbatas waktu sekarang. Jiwa banyak diumpamakan dengan air di dalam gelas. Tercampur antara sesuatu yang bersih dan kotor. Bahwa ketercampurannya secara kasat mata adalah bersih, namun kotornya tak dapat sulit untuk terlihat. Laut diumpamakan juga sebagai sumber jiwa.

Bagaimana manusia merasakan jiwa? Bagaimana sifat jiwa? Apakah jiwa adalah daya tari yang sangat bisa terasakan? Apakah adanya jiwa ada dihati? Dan bersifat kasihan. Rasa kasihan tersebut memang timbul namun karena pikiran lebih kuat menghitung.  Maka rasa kasihan memudar. Pikiran tersebut membuat sistem logika-logika dari hubungan pengalaman subyektif. Hasilnya pengalaman subyektif membahas bahwa kasihan harus disingkirkan agar manusia dapat lebih baik lagi. Berdasarkan teori bahwa jiwa dari yang satu. Jiwa terlepas dari form, namun ada pembuktian bahwa ukuran kepala orang yang dipenjara lebih kecil. Ternyata penelitian tersebut dibantah dengan pembuktian kepala kecil orang yang kecil ternyata mempunyai kemampuan bahasa asing sangat banyak. Walau kepala yang kecil bukan sebenarnya menunjukan bahwa orang tersebut penjahat, atau sebaliknya. Penelitian dari pengukuran kepala kecil sudah dibuktikan banyak orang dipenjara merupakan bukti bahwa jiwa ada, mempengaruhi perasaan dan pikiran.

Angka dihubungkan dengan jiwa sangat kompleksitasnya, dipastikan mempunyai hitungan yang sangat detail. Ukuran jiwa itu apa? Secara ril adalah melihat fungsi tubuh, mengetahui rasa, juga kebiasaan yang tak dapat dihindari secara sadar. Jiwa bersifat alamiah, menyangkut kesedihan, senang, sakit, rindu, sexualitas, tertawa, dan lainnya. Jiwa berhubungan dengan keberuntungan, kemalangan, kekayaan, kesehatan. Pembuktian dari sudut medis berkembang untuk menyelidiki, dan menetapkan tingkat kesuburan seseorang dari tanggal kelahiran. 

Dasar angka 1 dan 0, adalah gambaran nyata tetang keadaan jiwa. Memasuki 0 lalu menjadi 1 dan menjadi tak terhingga. Apakah angka berasaran itu ada tanpa 1. Begitu juga apakah 1 akan ada bila tanpa ada 0. Angka adalah subtansi dari jiwa berkembang dari tiada menjadi ada, atau sebaliknya dari ada menjadi tiada.  Apa yang terjadi dari angka lalu menjadi jiwa? 0 adalah ketiadaan. 1 adalah ada. Mengapa dari ada menjadi tiada? Apakah hanya tidak diketahui saja. Apakah sebenarnya jiwa adalah tiada? Apakah sebenar ada, tapi tiada? Ataukah sumber jiwa adalah tiada. Lalu mengapa menjadi ada?

Para Filosof Yunani Kuno, menentang ketiadaan alam semesta berawal dari ketiadaan. Pendapat mereka menganggap itu tidak benar. Jika alam semesta ini dari ketiadaan bagaimana dapat ada? Bila benar dari ketiadaan alam semesta tercipta, lalu mengapa alam semesta ini menjadi ada? Plato dengan Alam Idea menjadikan alam semesta ini berasal dari Idea, yaitu ‘Gagasan’ lalu terciptalah Alam Idea, dan menjadi alam semesta. Aristoteles membuat cara yang berbeda dan melengkapi dengan mengumpamakan ada 'sempurna' diam namun semua bergerak kepada yang 'sempurna' diam. Yang diam adalah sumber dari yang bergerak . Semua yang bergerak menuju kesempurnaan yaitu yang sempurna.

Pemikiran angka 0 adalah dapat menjadikan alam semesta ini. Dari mana asalnya? Apakah dari ketiadaan dapat menjadi ada? Bagaimana menjelaskannya? Sederhana Sidharta Gautama memberikan gambaran, bahwa alam semesta ini dari ketiadaan menjadi ada dan tiada lagi. Sama dengan perasaan dahulu tiada lalu menjadi ingin, dan menjadi tiada lagi. Jiwa melingkupi apa yang ada. Begitu juga alam semesta ada di jiwa. Simbul dari itu adalah kosong atau angka 0, adalah sumber dari angka-angka selanjutnya. Sidharta adalah filsuf India abad 5.SM. Pemikirannya adalah pergulatan tentang dirinya untuk mencapai kesempurnaan. Ketiadaan adalah teori jiwa tentang kehampaan, keadaan kesemuan, dan disimbulkan dengan angka 0.

Dasar dari jiwa akan dikenahui dengan angka kelahiran tertentu. Angka penjelmaan jiwa manusia, untuk mengetahui jati diri. Siapa pun menggunakan angka kelahiran. Manusia dilahirkan dari ada menjadi tiada. Bila ada sebelumnya manusia, ada dimana? Angka 0, adalah simbul untuk jiwa tentang keberadaannya tiada. Angka 1, menjadi hidup dan menjadi bilangan 2,3,4,5,6,7,8,9,10, entah bagaimana prosesnya, hingga tak terhingga, lalu menjadi 0, tiada. Bagaimana bilang-bilang tak terhingga dikalikan (x) dengan angka 0? Jawabnya pasti 0, kosong, tiada bilangan tak terhingga, semua menjadi kosong.

Selasa, 14 Mei 2013

Konsepsi Filsafat dan Filosofi

Kosepsi tentang Filsafat dan Filosofi sangat berlainan dalam benak keindonesian. Orang Indonesia sering menerjemahkan kata lebih sesuai dengan keenakan penyebutan. Filsafat dan Filosofi sebenarnya sama saja, keduanya dari kata Yunani Philosophos, philo adalah cinta dan sophos adalah bijaksana. Walau demikian bahasa Yunani itu tidak serta merta masuk dengan logatnya, masuklah Ingris yaitu Philosophy berarti tetap pada cinta bijaksana. Penyebutan dan artinya tetap tidak terlalu berbeda. Dalam perkembangan masuk keindonesian bahasa itu berubah dan berkembang menemui sintesis pelafalan manusia dan budaya lainnya datang untuk memperkenalkan keilmuan Filsafat. Masuklah pelafalan menurut dari Arab yang lebih menyukai dengan pemikiran Islam. Mereka mengajarkan tentang Filsafat Islam dengan berbagai macam teori yang lebih abstraksi ketuhanan. 

Masyarakat Islam sangat menyukai penyebut dengan Filsafat karena sudah menjadi term bahwa itu adalah dasar teori dari keilmuan. Lain lagi dengan ungkapan Filosofi dalam term keindonesian yang bermasud itu adalah cara pandang, cara melihat, pegangan hidup, falsafah hidup, prinsip hidup. Term mengenai maksud dari kata Filosofi adalah demikian disebabkan dengan budaya Arab atau Muslim melihat orang Barat adalah asing. Karena mereka lebih mempunyai pemikirannya ketimbang agamanya. Sedang Filsafat dalam term keindonesian lebih mempunyai sistematik keilmuan yang lebih dalam. Pada kenyataannya siappun akan mengatakan hal yang sama mengenai Filsafat dan Filosofi. Bahwa Filsafat adalah dasar dari semua ilmu, sedangkan Filosofi adalah cara pandang, pegangan hidup, prinsip hidup, cara hidup. 

Berdasarkan bahasa Filsafat berasal dari bahasa Arab, sedangkan Filosofi berasal Ingris, para pembaca pasti memahami bahwa banyak penyebutan tersebut berdasarkan dari bahasa semata. Karena term dipikiran sudah menganggap kedua berbeda ingin disatukan dan maksudnya pasti berlawanan yang membutuhkan proses. Sesungguhnya saya tidak menyukai pemisahan term Filsafat dan Filosofi, seakan saya menilai Filsafat adalah induk dari ilmu yang penuh banyak teori, sedang Filosofi adalah cara pandang saja, termasuk orang umum masuk dalam kriteria masih filosofi. Lalu saya menilai kembali muatan Filsafat adalah murni berbicara dasar ilmu, sedang Filosofi adalah prinsip orang, cara orang melihat, cara orang berpikir saja tanpa muatan dasar Filsafat. Diartikan seolah Filsafat adalah mempunyai sistematis yang jelas, Filosofi adalah cara berpikir hidup tanpa landasan, dan bersifat bisa dimiliki siapa saja. 

Terasa kontras yang satu membicarakan keilmuan yang jelas, dan satunya adalah berpikir personal. Sehingga mempunyai pertentangan tersendiri dalam term Filsafat dan Filosofi. Fisafat dan Filosofi terdapat kesamaan, keduanya adalah berasal dari Yunani yaitu dari kata Philosophos, dan berkembang di Arab bernama Filsafat, dan masuklah pemikiran Yunani itu Philosophos ke dunia Barat, menjadi Philosophy. Dari pengolahan kata kedua pemikiran itu masuk ke Indonesia, bila dari Arab dikatakan Filsafat, dan dari Barat Philosophy di tuliskan dalam Bahasa Indonesia menjadi Filosofi. Berharap bahwa mengenai hal mendasar mengenai penyebutan tidaklah masuk dalam perdebatan yang mestinya sudah terlewatkan.

Filosofi penyebutan yang sangat indah untuk benak saya. Ketimbang saya menyebutnya Filsafat, mungkin terlalu kasar untuk bicarakan atau terlalu jelimet dan teoritis sekali. Saya menguji tentang kedua kata tersebut dengan lawan bicara saya ternyata sangat berbeda. Contoh, mereka menanyakan saya,"mengambil studi apa?" "Filsafat" Jawab saya, ternyata orang tersebut langsung mengerutkan wajah dan bertanya kembali,"itu ya membicarakan tentang pemikiran-pemikiran ya?" Sungguh wajah yang saya tidak sukai. Dibenak sudah sudah, diwajahnya memakin tidak menarik lagi. Beda dengan bila saya menjawab,"saya jurusan Islamic Filosofi." Mereka langsung tersenyum. Mungkin masih tanda tanya jurusan apa itu? Tapi pikiran mereka tidak diberatkan mengenai apa yang saya jawab.